Beberapa hal harus kita perhatikan saat mengenalkan jadwal harian kepada anak, mengingat banyak anak usia prasekolah yang masih memiliki sikap egosentris tinggi. Mereka ingin melakukan sesuatu sesuai dengan keinginannya, semaunya, tidak mau diatur, dan sebagainya. Nah, berikut ini 4 hal penting yang harus jadi perhatian orangtua!
1. Berikan Penjelasan
Anak tak akan paham bila kita tak menjelaskan apa yang ingin kita terapkan kepadanya. Untuk itu, berikan penjelasan secara sederhana mengenai jadwal harian, "Adek lihat, ini adalah jadwal harian kamu!" sambil menunjuk papan jadwal yang bergambar aneka tokoh kartun kesayangannya. "Pagi hari kamu mandi, sarapan terus ke sekolah deh. Nah, siangnya sepulang sekolah kamu makan siang dan tidur siang..... " Dengan penjelasan seperti itu anak akan lebih memahami kalau ada kegiatan-kegiatan yang sudah terjadwal. Berbeda bila anak tak diberikan penjelasan sama sekali, dia akan lebih sulit untuk diarahkan karena memang dia tak tahu hal apa saja yang harus dilakukannya seharian.
2. Libatkan Anak
Sangat baik bila kita melibatkan anak saat menyusun jadwal hariannya. Selain anak merasa lebih dihargai, pelaksanaan jadwal harian pun dapat diterapkan lebih mudah. Pasalnya, anak merasa ikut dilibatkan sehingga dia merasa lebih bertanggung jawab untuk mematuhinya. Lagi pula, jika anak mangkir kita bisa mengingatkan bahwa ia juga yang menyusun jadwal itu. "Kamu kan sudah ikut membuat jadwal ini, masak tidak mau melaksanakannya!" Dengan pengingatan seperti ini akan lebih mudah membuat anak mematuhinya.
3. Lakukan Kontrol
Memang di awal agak sulit menerapkan jadwal harian pada anak. Butuh kontrol dari kita dengan selalu mengingatkan apa saja yang harus dilakukan anak saat pagi, siang, sore, dan malam. Dengan kontrol yang baik, anak akan terbantu untuk mematuhi jadwal hariannya.
Setelah anak bisa mengikuti jadwal hariannya, kontrol harus dilepas secara perlahan. Biarkan anak memegang kontrol sendiri terhadap jadwal hariannya, karena dengan kontrol sendiri anak bisa mendapatkan banyak manfaat seperti kedisiplinan dan tanggung jawab. Berbeda ketika kita yang harus terus-menerus mengingatkan anak, manfaatnya tak bisa diperoleh anak secara maksimal.
4. Bersikap Fleksibel
Agar jadwal harian tak terkesan membatasi aktivitas anak, sebaiknya di saat-saat tertentu kita harus fleksibel. Contoh, saat libur sekolah, hari raya, atau di saat-saat spesial yang sulit menerapkan jadwal harian. Biarkan sesekali jadwal tidur siang anak telat sedikit karena dia sedang asyik bermain dengan sepupunya yang sedang berlibur di rumah, atau biarkan anak tidak belajar karena memang sekolah sedang libur, dan lainnya. Dengan sikap fleksibel ini, anak tidak akan merasa tertekan ataupun stres.
Sikap fleksibel juga diperlukan terhadap si prasekolah yang egosentrisnya masih sangat tinggi, ataupun terhadap anak yang sudah terbiasa dengan jadwal yang sama sekali tidak teratur sehingga sangat sulit menjadwalkan kegiatan hariannya. Begitu pula bila anak tumbuh di lingkungan yang "hidup" tanpa jadwal. Setiap hari, anak-anak tetangga bermain sepanjang hari sehingga sangat sulit bagi kita meminta anak untuk tidur siang. Contoh, pukul 2 siang kita mengharuskan anak tidur siang padahal anak-anak lingkungan sekitar sedang ramai, hilir mudik, asyik bermain.
Nah, menghadapi kondisi-kondisi tersebut, kita tak perlu menuntut anak untuk 100% mematuhi jadwal hariannya. Bila memang hanya 50% yang bisa diikutinya, itu pun sudah merupakan keberhasilan mengingat memang sangat sulit menerapkannya secara penuh. Ingat, jadwal harian dibuat tidak untuk mengungkung anak tetapi butuh fleksibilitas sehingga kebutuhan anak tetap terpenuhi. Yang penting, kita tetap berusaha memenuhi jadwal yang sudah dibuat.
1. Berikan Penjelasan
Anak tak akan paham bila kita tak menjelaskan apa yang ingin kita terapkan kepadanya. Untuk itu, berikan penjelasan secara sederhana mengenai jadwal harian, "Adek lihat, ini adalah jadwal harian kamu!" sambil menunjuk papan jadwal yang bergambar aneka tokoh kartun kesayangannya. "Pagi hari kamu mandi, sarapan terus ke sekolah deh. Nah, siangnya sepulang sekolah kamu makan siang dan tidur siang..... " Dengan penjelasan seperti itu anak akan lebih memahami kalau ada kegiatan-kegiatan yang sudah terjadwal. Berbeda bila anak tak diberikan penjelasan sama sekali, dia akan lebih sulit untuk diarahkan karena memang dia tak tahu hal apa saja yang harus dilakukannya seharian.
2. Libatkan Anak
Sangat baik bila kita melibatkan anak saat menyusun jadwal hariannya. Selain anak merasa lebih dihargai, pelaksanaan jadwal harian pun dapat diterapkan lebih mudah. Pasalnya, anak merasa ikut dilibatkan sehingga dia merasa lebih bertanggung jawab untuk mematuhinya. Lagi pula, jika anak mangkir kita bisa mengingatkan bahwa ia juga yang menyusun jadwal itu. "Kamu kan sudah ikut membuat jadwal ini, masak tidak mau melaksanakannya!" Dengan pengingatan seperti ini akan lebih mudah membuat anak mematuhinya.
3. Lakukan Kontrol
Memang di awal agak sulit menerapkan jadwal harian pada anak. Butuh kontrol dari kita dengan selalu mengingatkan apa saja yang harus dilakukan anak saat pagi, siang, sore, dan malam. Dengan kontrol yang baik, anak akan terbantu untuk mematuhi jadwal hariannya.
Setelah anak bisa mengikuti jadwal hariannya, kontrol harus dilepas secara perlahan. Biarkan anak memegang kontrol sendiri terhadap jadwal hariannya, karena dengan kontrol sendiri anak bisa mendapatkan banyak manfaat seperti kedisiplinan dan tanggung jawab. Berbeda ketika kita yang harus terus-menerus mengingatkan anak, manfaatnya tak bisa diperoleh anak secara maksimal.
4. Bersikap Fleksibel
Agar jadwal harian tak terkesan membatasi aktivitas anak, sebaiknya di saat-saat tertentu kita harus fleksibel. Contoh, saat libur sekolah, hari raya, atau di saat-saat spesial yang sulit menerapkan jadwal harian. Biarkan sesekali jadwal tidur siang anak telat sedikit karena dia sedang asyik bermain dengan sepupunya yang sedang berlibur di rumah, atau biarkan anak tidak belajar karena memang sekolah sedang libur, dan lainnya. Dengan sikap fleksibel ini, anak tidak akan merasa tertekan ataupun stres.
Sikap fleksibel juga diperlukan terhadap si prasekolah yang egosentrisnya masih sangat tinggi, ataupun terhadap anak yang sudah terbiasa dengan jadwal yang sama sekali tidak teratur sehingga sangat sulit menjadwalkan kegiatan hariannya. Begitu pula bila anak tumbuh di lingkungan yang "hidup" tanpa jadwal. Setiap hari, anak-anak tetangga bermain sepanjang hari sehingga sangat sulit bagi kita meminta anak untuk tidur siang. Contoh, pukul 2 siang kita mengharuskan anak tidur siang padahal anak-anak lingkungan sekitar sedang ramai, hilir mudik, asyik bermain.
Nah, menghadapi kondisi-kondisi tersebut, kita tak perlu menuntut anak untuk 100% mematuhi jadwal hariannya. Bila memang hanya 50% yang bisa diikutinya, itu pun sudah merupakan keberhasilan mengingat memang sangat sulit menerapkannya secara penuh. Ingat, jadwal harian dibuat tidak untuk mengungkung anak tetapi butuh fleksibilitas sehingga kebutuhan anak tetap terpenuhi. Yang penting, kita tetap berusaha memenuhi jadwal yang sudah dibuat.
0 Response to "Tips Mengenalkan Jadwal Harian Pada Anak"
Posting Komentar